Pada tanggal 14 September 2015, para ilmuwan “mendengar” riak selama 0,2 sekon, yang berasal dari gelombang gravitasi yang muncul 1,3 miliar tahun yang lalu, ketika terjadi benturan yang sangat dahsyat antara dua lubang hitam. Lubang hitam itu hanya berdiameter 150 km, tetapi massanya amat besar, yakni masing-masing 29 dan 36 kali lipat massa Matahari. Gelombang gravitasi itu teramat sangat pendek, sehingga untuk mendeteksinya diperlukan sistem instrumen yang kepekaan dan kesaksamaannya luar biasa. Itulah LIGO (Laser Interferometer Gravitation-wave Observatory). Detektor LIGO mampu mengukur distorsi sekecil 0,001 ukuran proton (inti atom hidrogen), padahal ukuran proton hanya sekitar 1 fermi (10^‒13 cm). Jadi distorsi yang terukur oleh LIGO itu kecilnya 10^‒18 m (sepersejutatriliun meter). Keberhasilan Tim LIGO itu diumumkan oleh Direktur Eksekutifnya, David Reitze, dan diberitakan CNN pada hari Kamis 11 Februari 2016. Brigitta Isworo Laksmi melaporkannya di Kompas, 14 Februari 2016. Apabila Einstein masih hidup, apakah ia akan terkejut dengan penemuan LIGO ini? Baca selengkapnya di sini.