Selama beberapa tahun terakhir, peristiwa cuaca dan musim sering tidak menentu, kadang kala basah dan kadang pula kering sepanjang tahun. Di wilayah tropis seperti Indonesia, hal ini semestinya tidak terjadi. Gangguan pada sistem cuaca, musim, dan iklim normal merupakan penyebab terjadinya hal tersebut. Dua peristiwa yang bisa mengganggu musim di Indonesia adalah ENSO dan Dipole mode. Joko Wiratmo mengulas hal ini dengan rinci dalam tulisan ini. Baca selengkapnya di sini.
Semua tulisan dari Hendra Gunawan
Problem 3n + 1 vs Problem 5n + 1
Dalam matematika (seperti mungkin dalam bidang lainnya juga), banyak konjektur atau dugaan yang belum terbukti kebenarannya. Salah satu di antaranya adalah Konjektur Collatz, yang dibahas dalam artikel ini. Konjektur ini berurusan dengan bilangan asli n. Misal kita ambil sembarang bilangan asli n. Jika n habis dibagi 2, bagilah n dengan 2; jika tidak, kalikan n dengan 3 dan tambahkan 1. Ulangi terus langkah ini pada bilangan-bilangan yang dihasilkan, hingga diperoleh 1. Berapa pun bilangan n pada awalnya, barisan bilangan yang diperoleh akan berakhir di 1. Penasaran? Baca selengkapnya di sini.
Fisi vs Fusi
Presiden Joko Widodo dan DEN (Dewan Energi Nasional) dalam RUEN (Rencana Umum Energi Nasional) menempatkan energi nuklir sebagai pilihan terakhir. Presiden tampaknya tidak mau grusa-grusu dan gegabah. Seperti pitutur (petuah) orang-orang tua dalam keluarga Jawa, “Aja nggégé mangsa“. Tetapi untuk berjaga-jaga, jangan-jangan kita akan terpaksa mengambil opsi terakhir itu, Presiden pun telah memerintahkan pembuatan peta jalan (road map) menuju ke “go nuclear“. Lalu apa? Baca selengkapnya di sini.
Eksotisme Wayang Bébér Sengkala
Anda suka surabi? Tahukah Anda bahwa surabi sudah dikonsumsi prajurit Mataram pada peperangan tahun 1628-29? Sebuah karya seni yang juga mengawetkan memori tentang surabi dalam bentuk penyandian hadir sedikit lebih lambat, tepatnya tahun 1614 Jawa atau 1692 M. Sebagian duplikat dari karya tersebut dapat ditemukan di Sanggaluri, sebuah taman wisata dan edukasi yang asri di Kabupaten Purbalingga. Karya tersebut melukiskan bagian dari jagong (adegan) dalam wayang bébér lakon Jaka Kembang Kuning (JKK). Adegan-adegan yang ada di Sanggaluri mungkin merupakan hasil tedhak sungging (tiru ulang) dari gambar wayang bébér yang asli dari Pacitan. Sekilas tidak ada yang aneh dengan gambar pada karya tersebut. Tetapi, dengan mengikuti alur cerita selanjutnya, akan ada kehangatan lain yang segera saja menjadi sangat menarik untuk dicermati. Termasuk dari segi penyandian. Ya, matematika persandian. Persandian yang hanya dikenal di kawasan Asia Tenggara dan India dalam bentuk sengkala atau word chronogram, warisan kuno yang masih terus lestari hingga kini. Itulah sebabnya, mengapa surabi diangkat sebagai judul tulisan ini. Baca selengkapnya di sini.
Einstein pun Terkejut
Pada tanggal 14 September 2015, para ilmuwan “mendengar” riak selama 0,2 sekon, yang berasal dari gelombang gravitasi yang muncul 1,3 miliar tahun yang lalu, ketika terjadi benturan yang sangat dahsyat antara dua lubang hitam. Lubang hitam itu hanya berdiameter 150 km, tetapi massanya amat besar, yakni masing-masing 29 dan 36 kali lipat massa Matahari. Gelombang gravitasi itu teramat sangat pendek, sehingga untuk mendeteksinya diperlukan sistem instrumen yang kepekaan dan kesaksamaannya luar biasa. Itulah LIGO (Laser Interferometer Gravitation-wave Observatory). Detektor LIGO mampu mengukur distorsi sekecil 0,001 ukuran proton (inti atom hidrogen), padahal ukuran proton hanya sekitar 1 fermi (10^‒13 cm). Jadi distorsi yang terukur oleh LIGO itu kecilnya 10^‒18 m (sepersejutatriliun meter). Keberhasilan Tim LIGO itu diumumkan oleh Direktur Eksekutifnya, David Reitze, dan diberitakan CNN pada hari Kamis 11 Februari 2016. Brigitta Isworo Laksmi melaporkannya di Kompas, 14 Februari 2016. Apabila Einstein masih hidup, apakah ia akan terkejut dengan penemuan LIGO ini? Baca selengkapnya di sini.