Arsip Tag: matematika

Matematika dan Budaya Bermatematika

Apa itu matematika? Pertanyaan itu tidak kurang-kurangnya ditanyakan pelajar yang sedang mempelajarinya, orangtua atau pembimbing siswa atau mahasiswa yang sedang mengajarkannya, para filsuf, dan juga para matematikawan sendiri.

Dan jawaban yang anda peroleh tidak akan pernah sama persis.

Kali ini, Pak Hendra Gunawan salah seorang penggagas blog Bersains yang akan menyampaikan pemikirannya, “Apa itu Matematika?” Apakah  matematika bisa disebut sebagai ‘ilmu’? Ataukah matematika sesuatu yang lebih mendasar dari itu, misalnya ‘bahasa’ yang digunakan ilmu pengetahuan?

Mari  kita simak uraian pemikian beliau di artikel Bersains edisi Mei 2017 kali ini, yang merupakan naskah kuliah inaugurasi Pak Hendra Gunawan sebagai anggota baru Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia. Selamat kepada Pak Hendra. Semoga terus produktif berkarya dan terus memberikan sumbangsih membanggakan bagi ilmu pengetahuan di Indonesia.

Baca lebih lanjut di sini.

Iklan

Problem 3n + 1 vs Problem 5n + 1

Dalam matematika (seperti mungkin dalam bidang lainnya juga), banyak konjektur atau dugaan yang belum terbukti kebenarannya. Salah satu di antaranya adalah Konjektur Collatz, yang dibahas dalam artikel ini. Konjektur ini berurusan dengan bilangan asli n. Misal kita ambil sembarang bilangan asli n. Jika n habis dibagi 2, bagilah n dengan 2; jika tidak, kalikan n dengan 3 dan tambahkan 1. Ulangi terus langkah ini pada bilangan-bilangan yang dihasilkan, hingga diperoleh 1. Berapa pun bilangan n pada awalnya, barisan bilangan yang diperoleh akan berakhir di 1. Penasaran? Baca selengkapnya di sini.

Djamijah Cipher: Memori Vigenère dari Pacitan

Selama berabad-abad, para raja, ratu, dan jenderal membangun komunikasi efektif dengan tujuan mempermudah pengaturan dan pengelolaan wilayah bawahan dan memberi perintah atau komando kepada para tentaranya. Mereka tidak ingin pesan-pesan yang dikirimkan jatuh ke tangan musuh. Oleh karena itu, dikembangkan metode pembuatan pesan sehingga hanya penerima yang dituju yang dapat membaca pesan tersebut. Metode persandian pun diciptakan sejak dua ribu tahun silam.

Pada sebuah pusara seorang wanita yang mati pada muda usia (1873 – 1901) di Pacitan, Jawa Timur, tertulis 26 baris sandi yang tergolong dalam Sandi Vigenère. Banyak pertanyaan dapat dimunculkan terkait dengan keberadaan Sandi Vigenère dari Pacitan ini. Beberapa diantaranya adalah siapakah matematikawan yang membuat sandi ini? Apakah seseorang berinisial G.B.F.F.Q.S? Siapakah ia? Baca selengkapnya.

Goresan Angka Sang Citralekha

Barangkali tidak mengejutkan bahwa di bumi Nusantara ini para leluhur kita telah mengenal dan memanfaatkan angka dalam kehidupan sehari-harinya, sebagaimana tertulis pada prasasti-prasasti yang terdapat di beberapa situs, khususnya di Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Sang citralekha, pemahat (batu) prasasti tidak saja menggoreskan abjad tetapi juga angka. Goresan angka mereka mengantarkan kita untuk memahami sejarah perjalanan angka di Nusantara. Penggunaan basis bilangan sepuluh dan konsep nilai tempat ternyata ditemukan, dalam lafal bilangan, sejak awal abad 5 Masehi. Prasasti Tugu dari Jawa Barat dan tujuh buah yupa dari Kutai, Kalimantan Timur memahatkan buktinya. Sekitar 2½ abad kemudian kedua konsep tersebut digunakan dalam bentuk lambang bilangan atau angka, sebagaimana terpahat pada prasasti-prasasti di Kadatuan Sriwijaya. Baca selengkapnya di sini.

Catatan Kecil tentang Burung

Ketika sang penulis artikel ini mengatakan bahwa Matematika memiliki hubungan yang erat dengan puisi, bahkan lebih erat dari hubungan manusia dengan benaknya sendiri, sebagian besar orang akan mengerutkan kening. “Matematika dengan simbol-simbol asingnya, sangat membingungkan untuk dibaca,  dan memiliki kerumitan tingkat tinggi, mana mungkin berhubungan erat dengan puisi yang bernilai sastra, lebih mudah dibaca, dan bisa sangat menyentuh kalbu?”

Bahkan beberapa penyair terkenal seperti John Keats dan Edgar Allan Poe tampaknya belum mampu melihat hubungan erat itu, ujar penulis, Nirwan Ahmad Arsuka. Lewat “Catatan Kecil tentang Burung”, penulis membawa kita membedah klaim dari pandangan yang menyatakan bahwa sastra dan matematika tidak setara (bahkan sastra dipandang lebih unggul dari matematika), lalu membawa kita ke masa-masa awal pertumbuhan Matematika di Mesopotamia Kuno  hingga Arab pada abad ke-14, memperkenalkan kita pada berbagai tokoh-tokoh besar Matematika modern misalnya Cantor, Poincare, dan Turing, sambil menarasikan dinamika sejarah dari ide tentang Universalitas Matematika.

Baca selengkapnya di sini.